Ini adalah Fenomena dalam masyarakat berdemokrasi, rakyat yang menentukan pilihan pemimpinya, siapa pun dia. Di London ada Sadiq Aman Khan di Indonesia Ada Basuki
Tjahaja Purnama atau Ahok. Rakyat melihat pemimpinnya dengan sudut pandang yang pragmatis, yang terlihat pada lahiryahnya serta terlihat merakyat dan pekerja keras, KARENA memamg dari sudut itulah yang terlihat oleh rakyat. Keduanya mengukir sebuah sejarah dimana kaum minoritas bisa memegang tampuk orang nomer 1 di daerah. Harapan seorang pemimpin bagi rakyatnya tentunya dapat mengubah sesuatu yang tidak disukai oleh rakyat walaupun apakah yang mereka lakukan dalam memilih pemimpin itu BENAR atau SALAH. Pemimpin dalam berdemokrasi adalah gambaran dari rakyat itu sendiri, representasi dari rakyat itu sendiri. Suka tidak suka, benar atau tidak benar tentunya harus menerima apa yang sudah dilakukan dalam berdemokrasi, yaitu pemimpin di pilih oleh rakyat secara langsung. Bagaimana seorang muslim memilih Pemimpin? Sifat-sifat yang bagaimana yang harus ada pada Pemimpin? Umat Islam dalam kehidupannya berpegang pada Al-quran dan Al Hadist, dalam memilih seorang pemimpin juga diatur dalam Al-Quran dan Al Hadist.
Q. S. Al-Baqarah (2): 124, "Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim"
Firman Allah SWT dalam Surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiyaa’ (21): 73. Sifat-sifat dimaksud adalah:
Kesabaran dan ketabahan. "Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah". Lihat Q. S. As-Sajdah (32): 24. Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Sedangkan yang lain adalah sifat-sifat yang lahir kemudian akibat adanya sifat (kesabaran) tersebut.
Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. Lihat Q. S. Al-Anbiyaa’ (21): 73, "Mereka memberi petunjuk dengan perintah Kami". Pemimpin dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri pribadi kemudian mensosialisasikannya di tengah masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi (sense of crisis), yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya.
Telah membudaya pada diri mereka kebajikan. Lihat Q. S. Al-Anbiyaa’(21): 73, "Dan Kami wahyukan kepada mereka (pemimpin) untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat". Hal ini dapat tercapai (mengantarkan umat kepada kebahagiaan) apabila kebajikan telah mendarah daging dalam diri para pemimpin yang timbul dari keyakinan ilahiyah dan akidah yang mantap tertanam di dalam dada mereka.
Adapun larangan bagi seorang Muslim dalam memilih Pemimpin adalah
1. Firman Allah Surat Ali Imron ayat 28; “Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”. (QS ALI IMRAN : 28)
2. Firman Allah SWT; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS AL MAA-IDAH : 51)
3. Firman Allah SWT; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu),” (QS An-Nisa: 144).
Inilah dalil-dalil yang ada dalam Al-Quran larangan dalam memilih pemimpin non muslim. Menjadi sebuah pertanyaan ?Apakah ini Rasional? jawabnya YA.
1. Seorang manusia tentu rasionalnya adalah memilih pemimpin dari kalangannya. Mengapa, karena tentunya dengan harapannya sang pemimpin tersebut dapat memenuhi apa yang dinginkan baik dari segi keduniawian ataupun kerohanian.
2. Pemimpin dari kalangan sendiri dengan harapan menjadi lebih fleksibel, dapat bergaul dengan rakyat sehingga terjalin hubungan yang harmoni
3. Rasionalitas seorang muslim adalah Al Quran dan Al Hadist( hadist shoheh) artinya apabila seorang muslim tidak mengikuti apa yang terdapat dalam alqura dan alhadist maka tentu muslim tsb tidak RASIOANAL.
4. Kesengsaraan Pemimpin bagi Non Muslim itu sendiri. Karena sudah tentu dia tidak akan faham apa yang diingikan umat(rakyat nya) karena beda keyakinan, maka akan sulit terjalin kerharmonisan. Ini berakibat kehancuran untuk negara/daerah itu dan kehancuran kedua belah pihak (pemimpin non muslim dan umat muslim) itu sendiri.
Artinya bahwa apa yang ada didalam Alquran itu adalah sesuatu yang sangat rasional dan tentunya untuk kemaslahat seluruh umat manusia. Akan tetapi menurut para ulama bahwa boleh memilih pemimpin dari Non Muslim jika Pemimpin Non Muslim itu bertindak Adil, dan dari kalangan kaum Muslimin itu sendiri tidak ada yang bisa melaksanakan amanah itu(tidak ada yang proforsional). Bagaimana kaum Muslimin di Jakarta yang penduduk muslimnya terbesar di seluruh indonesia menyikapinya? Semoga Allah SWT memberikan jalan terbaik bagi mereka, amiiin.
Penulis : Akhyar Julianto
Penulis : Akhyar Julianto
0 Komentar untuk "PEMIMPIN RAKYAT"